~Headline~

EAEAEA
  • Blog Johanes
  • Just For Share To You!
  • Banner
  • Banner
Add Comment
[+] Post Title :

Sumpah Pemuda Yang Ke - 84


[+] Date :
[+] Author : Fathur Sumardiono
[+] Link : http://advennation.blogspot.com/2012/10/sumpah-pemuda-yang-ke-84.html
[+] Tag : No Type


Teks Sumpah Pemuda:
Sumpah Pemuda versi orisinal / tulisan asli:

Pertama : Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoea   : Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga : Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda versi Ejaan Yang Disempurnakan:

Pertama : Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kedua  : Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga  : Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Maknanya :
Mengenang lahirnya Bahasa Indonesia,  SUMPAH PEMUDA !
Bahasa Indonesia telah berusia 83 tahun pada tanggal 28 Oktober 2011 ini. Pada tiap tanggal 28 Oktober, perhatian bangsa kita terhadap Bahasa Indonesia biasanya lebih besar dan meningkat. Tanggal 28 Oktober itu bukan hanya sekedar “Hari lahirnya Bahasa Indonesia” , namun lebih dikenal sebagai “Hari Sumpah Pemuda”.
Barangkali perlu diketengahkan faktor-faktor yang menjadikan perhatian bangsa kita menjadi meningkat pada sekitar tanggal 28 Oktober itu. Diantaranya ada 3 faktor, yaitu:
Pertama, karena bangsa Indonesia telah semakin sadar akan arti sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober itu, bahwa menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa nasional tidak cukup hanya dengan ucapan namun ucapan itu harus direalisasikan dalam sikap dan perbuatan. Dengan demikian Bahasa Indonesia akan menjadi penggerak pembangunan, pendidikan, kepanduan dan pembinaan sikap perbudayaan Indonesia, yakni menjunjung tinggi kekeluargaan, persaudaraan dengan asas musyawarah dan mufakat. Kedua, Bahasa Indonesia hingga kini masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sehingga kita perlu bina, perhatikan dan kembangkan sebagaimana mestinya. Kita perlu segera memperbaiki sikap diri dalam berbahasa Indonesia sedini mungkin, memelihara dan mempergunakannya sesuai dengan kaidah dan tutur bahasanya. Ketiga, adanya perhatian khusus dalam praktek dari pemerintah terhadap Bahasa Indonesia. Perhatian khusus itu adalah suatu pengakuan bahwa sejak tahun  1980 bulan Oktober ditetapkan sebagai “Bulan Bahasa”, hingga Oktober tahun ini merupakan Bulan Bahasa yang ke 32. Dalam hubungan ini pantas kiranya bila kita mawas diri dan bertanya sampai seberapa jauh kiprah pemerintah dan bangsa Indonesia tersebu memberi pengaruh dan sumbangan nyata terhadap perkembangan Bahasa Indonesia. Instrospeksi semacam ini wajar mengingat datangnya bulan Oktober di era modern sekarang ini untuk lebih menjaganya dan bukan merusaknya, seperti dengan bahasa-bahasa “gaul” yang tidak sopan.
Arti peristiwa Politis dan Teknis
Kita telah mengetahui dalam sejarah bahwa setiap peristiwa bahasa bukan hanya peristiwa bahasa yang murni melainkan juga bersifat politis dalam sejarah perjalanan bahasa Indonesia.
Menurut Drs. Harimurti Kridalaksana hal itu disebut peristiwa politis. Adapun yang dimaksud peristiwa politis adalah suatu tindakan politis yang bertujuan untuk membulatkan tekad dan mengumpulkan kekuatan demi mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional secara lebih ampuh. Sedangkan yang dimaksud dengan peristiwa teknis merupakan pemantapan wawasan dan penggunaan Bahasa Indonesia.
Integrasi Nasional
Menurut Prof. Sunaryo, salah seorang pelaku sejarah Sumpah Pemuda 1928, bahwa pergerakan nasional sudah mulai tampak jelas ketika 20 Mei 1908 berdiri Boedi Oetomo (BU). Tujuannya tersirat, yaitu agar orang-orang Indonesia tidak lagi disebut inlander melainkan diakui sebagai bangsa. Sesuai dengan jamannya, di sana telah terselip tujuan hendak bersatu namun masih samar.
Sebagai rentetan dari BU ini, tahun 1915 mulai bermunculan organisasi-organisasi yang dipelopori oleh Jong Java kemudian diikuti oleh Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, Jong Bataks, Jong Ambon, dan lain-lain. Organisasi yang bersifat lebih Nasional seperti Indonesisch Studieclub, Algeme Studieclub, Jong Islamieten Bond, dan lain-lain.
Di Bandung muncul “Kepanduan Nasional”, yaitu yang mempelopori pemakaian dasi merah putih pada tahun 1926. Kepanduan Pemuda Nasional ini dipelopori oleh Mr. Sartono, Mr. Iskak, Mr. Sunaryo dan lain-lain.
Selain di dalam negri di negri Belanda pun berdiri Perhimpunan Indonesia (PI) dengan tokohnya antara lain Moh. Hatta, Sartono dan Iwa Kusuma Sumantri. Kelompok inilah yang membuat semakin berkobarnya semangat kesatuan dan bernegara merdeka dengan cara mengirimkan majalah-majalah ke Indonesia. PI ini kemudian mendirikan kelompok pemuda Indonesia di Bandung tahun 1927. Organisasi ini bekerja sama dengan Partai Nasional Indonesia yang didirikan tahun itu olah Ir. Soekarno.
Integrasi Nasional yang lebih jelas dan formal adalah ketika terjadi Kongres Pemuda I yang diselenggarakan pada 30 April 1926 di Jakarta dengan nama “Kerapatan Besar Pemuda”. Walaupun Kerapatan Pemuda kesatu tak begitu dikenal karena belum menghasilkan suatu keputusan bukan berarti kerapatan itu tidak mempunyai arti dan nilai. Kongres Pemuda kesatu perlu mendapat catatan khusus dalam sejarah pergerakan Nasional sebab kongres ini sebagai mobilisasi kea rah kongres berikutnya, inspirasi dalam menciptakan persatuan dan pergerakan.
Meskipun kongres kesatu tidak menghasilkan suatu keputusan yang begitu berarti tetapi kongres itu merupakan embrio untuk persatuan bangsa di kala itu. Hal ini terbukti dengan hadirnya dalam kongres itu wakil-wakil Jong java, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamienten Bond, Studeerende Minahasaers, Jong Batak dan Pemuda Theosofi. Adapun kongres ini dipimpin oleh Moh. Tabrani dari Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Selain itu dapat dilihat dari tujuan kongres itu sendiri. Tujunnya adalah untuk memajukan paham persatuan dan kebangsaan serta menguatkan hubungan antara sesama perkumpulan-perkumpulan pemuda kebangsaan. Jelaslah kongres ini adalah jembatan emas menuju kongres kedua dalam dua tahun berikutnya.
Kongres Pemuda II
Kongres Pemuda II yang lebih dikenal dengan nama “Sumpah Pemuda” merupakan suatu proses dialektika dari perjalanan perjuangan pemuda-pemuda bangsa Indonesia. Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 yang diilhami oleh kongres Pemuda pertama telah mengeluarkan suatu keputusan.
Keputusan itu adalah hasil kerja keras pemuda-pemuda Indonesia dengan nama “Sumpah Pemuda” yang terdiri dari tiga sikap atau pengakuan :
Kami Poetra dan Poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah satoe, tanan air Indonesia.
Kami Poetra dan Poetri Indonesia mengakoe berbangsa yang satoe, bangsa Indonesia.
Kami Poetra dan Poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.
Jika kita kenang keputusan itu kita patut berterima kasih banyak kepada para pemuda bangsa Indonesia yang telah bekerja keras hingga kita merasakan arti sebuah kemerdekaan yang telah diberikan oleh para Pahlawan.
Pada dasarnya meskipun kemerdekaan seolah-olah diberikan oleh para Pahlawan revolusi !945 namun kita harus mengakui adanya para Pahlawan peletak embrio kemerdekaan, yaitu para pelaku sejaran Sumpah Pemuda. Prof. Sunaryo dari antara mereka mengatakan,”sebab tanpa rasa kesatuan dalam bertanah air, berbangsa, dan berbahasa satu tak mungkin akan terjadi proklamasi kemerdekaan 17 tahun berikutnya.
Maka dari itu, Kongres Pemuda II adalah peristiwa politis dari sejarah lahirnya Bahasa Indonesia. Adapun peristiwa teknis yang dapat kita lihat dari kongres pemuda itu dengan mengungkapkan suatu pertanyaan, mengapa bahasa Melayu yang dipilih menjadi dasar bahasa Indonesia? Alasannya adalah kenyataan menunjukkan bahwa bahasa Melayu itu strukturnya sederhana dan mudah dipelajari. Selain itu alasan yang terutama adalah pertimbangan historis, yaitu bahasa Melayu telah menjadi bahasa “lingua franca” di Nusantara.
Adapun peristiwa sejarah itu yang menjadikan bahasa Melayu menjadi “lingua franca” antara lain:
Bahasa Melayu telah dipakai sebagai alat komunikasi pada kawasan kerajaan Sriwijaya yang menjadi pusat perdagangan dan ilmu pengetahuan di Asia Tenggara (abad 7 – 14 M)
Kedatangan dan penyebaran agama Islam ke seluruh Indonesia dengan memakai bahasa Melayu sebagai alat pengantar.
Bandar-bandar kerajaan Malaka pada abad ke-14 merupakan bandar yang penting di Asia Tenggara, ternyata dapat mengembangkan kesusastraan melayu yang sudah tinggi nilainya karena dipengaruhi oleh anasir Islam yang dipergunakan penggubah hasil-hasil sastra kerajaan.
Kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia dan pergerakan Nasional Indonesia.
Peranan Balai Pustaka.
Dari uraian di atas, bahwa “Sumpah Pemuda” disamping mengandung peristiwa politis dan biasa dikenal dari buku-buku, juga mengandung suatu peristiwa teknis, yaitu adanya suatu forum ilmiah kebahasaan untuk memantapkan wawasan dan penggunaan bahasa selanjutnya. Jadi, lahirnya Bahasa Indonesia merupakan perpaduan antara peristiwa politis dan teknis.

Pesan intinya adalah :
BANGKITLAH WAHAI PARA PEMUDA INDONESIA,
MARILAH KITA MERDEKAKAN KEMERDEKAAN YANG TELAH DIRAIH DAHULU,
DENGAN SEMANGAT… “SUMPAH PEMUDA”

Salam Pemuda,



0 komentar:

Posting Komentar

• Di komentar Dilarang Bertengkar
• komentar Dilarang Berbau SARA
• komentar Dilarang FLODDING,SPAM Dan Lain Lain
• komentar dilarang menuju ke situs Porno
• Dan Terakhir Keep Smile ^_^

 

Copyright © 2013 Zynation Zynation V8- | Designer by Dozie deidara | Original by p4r46hcyb3rn3t
Redesign byFathur Sumardiono |Some right reversed |